Nilai Aset
Aset merupakan suatu hal yang mempunyai nilai ekonomi (economic value), nilai komersial (commercial value), ataupun nilai pindah (exchange value) yang dimiliki oleh suatu perusahaan atau pun individu. Aset sebagai seluruh kekayaan suatu perusahaan yang merupakan sumber daya, baik berupa benda maupun hak kuasa di mana hal tersebut diperoleh dari suatu moment yang terjadi pada masa lalu dan diharapkan memberikan manfaat di masa yang akan datang. Setiap aset akan mengalami penyusutan atau penurunan nilai setiap tahunnya. Sudahkah Anda tahu cara menghitung penyusutan aset?
Aset dapat berfungsi secara langsung ataupun tidak langsung, seperti membantu mengurangi pengeluaran kas, menghasilkan kas atau setara dengan kas, penghasil barang atau jasa yang dapat ditukar dengan aset lain untuk melunasi suatu kewajiban (utang).
Jenis Aset

Aset dibagi ke dalam 3 golongan jenis, yakni:
1. Aset Lancar (Current Assets)
Aset lancar merupakan aset yang digunakan dan berfungsi dalam saat yang lumayan singkat, biasanya tidak lebih dari satu tahun buku. Aset lancar dapat dikonversikan didalam bentuk uang kas kurang dari 1 tahun.
Dikarenakan siklus yang cenderung cepat, maka aset lancar yang sebelumnya akan habis secara otomatis dan dapat tergantikan dengan aset lainnya.
Contoh: uang tunai, investasi jangka pendek (temporary investment), piutang dagang (accounts receivable), wesel tagih (notes receivable), persediaan (inventory), pendapatan yang masih akan diterima (accrued receivable), beban dibayar dimuka (prepaid expense), dan lainnya.
2. Aset Tetap (Fixed Assets)
Aset tetap adalah sumber kekuatan atau kekayaan harga yang dimiliki oleh suatu entitas bisnis yang berupa permanen dan dapat diukur dengan jelas. Aset ini digunakan dan berfungsi dalam waktu yang relatif lama, biasanya lebih dari satu tahun buku atau lebih dari 1 tahun.
Tujuannya adalah untuk digunakan sendiri, bukan untuk dijual. Namun, bukan berarti aset tetap tidak dapat dijual, ya.
Contoh: bangunan, tanah, peralatan kantor, mesin, kendaraan, investasi jangka panjang, dan lainnya.
3. Aset Tidak Berwujud (Intangible Assets)
Aset tidak berupa ini tidak terlihat, tidak dapat dipegang, tidak dapat disimpan, tetapi dapat dirasakan manfaatnya. Aset ini dapat merupakan hak-hak perusahaan yang kepemilikannya diatur dan juga dilindungi oleh keputusan perundang-undangan.
Contoh: hak paten, hak kegunaan bangunan, hak sewa, hak kontrak, franchise, trademark, goodwill, dan lainnya.
Faktor Penyusutan
Setiap tahunnya, nilai aset yang kita punyai dapat mengalami penyusutan. Kecuali beberapa aset tetap, seperti tanah.
Beberapa faktornya ialah:
1. Harga Perolehan (Acquisition Cost)
Harga perolehan adalah aspek yang paling berpengaruh terhadap cost (expense) penyusutan yang dapat menjadi dasar perhitungan berapa besar penyusutan yang harus dikeluarkan dalam satu periode akuntansi.
2. Nilai Residu (Salvage Value)
Nilai residu dari suatu aset merupakan nilai yang diperkirakan akan masuk arus kas jikalau dijual pada saat penarikan atau penghentian aset. Namun, tidak semua aset mempunyai nilai residu atau nilai sisa.
3. Umur Ekonomis Aset (Economical Life Time)
Umumnya, usia aset dibagi menjadi dua, yakni usia fisik (berhubungan dengan keadaan fisik aset) dan usia fungsional (berhubungan dengan kontribusi aset tersebut dalam penggunaannya).
Cara Menghitung Penyusutan Aset
Terdapat 2 metode sederhana, yakni:
1. Metode Penyusutan Garis Lurus (Straight Line Method)
Metode ini merupakan metode penyusutan aset tetap yang beban penyusutan (depreciation expense) asetnya tetap sama per tahunnya. Metode ini digunakan jika nilai ekonomis aset tetap terus sama setiap periode akuntansi.
Rumusnya:
- Menggunakan Nilai Residu:
Penyusutan = (Harga Perolehan – Nilai Residu) : Umur Ekonomis
Contoh:
18 Mei 2016, PT Mekar Wangi membeli sebuah mesin untuk produksi seharga Rp 600.000.000.
Mesin tersebut diperkirakan mempunyai usia ekonomis selama 10 tahun dengan nilai residu Rp 20.000.000. Maka penyusutan per tahunnya ialah:
Penyusutan = (Rp 600.000.000 – Rp 20.000.000) : 10 tahun = Rp 29.000.000 per tahun.
- Tanpa Nilai Residu:
Penyusutan = Harga Perolehan : Umur Ekonomis
Contoh:
30 September 2019 PT Jaya Abadi membeli sebuah mesin percetakan untuk produksi seharga Rp 500.000.000.
Mesin tersebut diperkirakan mempunyai usia ekonomis selama 20 tahun tanpa nilai residu. Maka penyusutan per tahunnya ialah:
Penyusutan = Rp 500.000.000 : 20 tahun = Rp 25.000.000 per tahun.
2. Metode Penyusutan Saldo Menurun (Double Declining Balance Method)
Metode ini merupakan metode penyusutan aset tetap yang ditentukan berdasarkan persentase khusus dari harga buku (book value) pada periode tertentu.
Rumusnya Penyusutan:
Penyusutan = [(100% : Umur Ekonomis) x 2] x Harga Beli atau Nilai Buku
Contoh:
19 Agustus 2017, PT Megah Sari membeli mesin seharga Rp 200.000.000. Mesin tersebut diperkirakan mempunyai usia ekonomis selama 10 tahun.
Maka rumus penyusutan per tahunnya ialah:
Tahun ke-1= [(100% : 10) x 2] x Rp 200.000.000 = Rp 40.000.000.
Tahun kedua = [(100% : 10) x 2] x Rp 140.000.000 = Rp 28.000.000.
Tahun ke-3 = [(100% : 10) x 2] x Rp 112.000.000 = Rp 22.400.000.
Tahun ke-4 = [(100% : 10) x 2] x Rp 89.600.000 = Rp 17.960.000.
Tahun ke-5 = [(100% : 10) x 2] x Rp 71.640.000 = Rp 14.328.000.